Anda tahu tokoh Betawi yang bernama Pitung? Ingin melihat lebih dekat dimana Pitung menghabiskan masa kecilnya?, Nah, di Jakarta tepatnya di daerah Marunda ada sebuah Masjid yang bernama Masjid Al Alam. Di Masjid inilah masa kecil Pitung banyak dihabiskan waktunya bermain di masjid ini sambil mengaji dan belajar silat. Selain sebagai salah satu yang tertua di Jakarta, Masjid Al-Alam Marunda, Jakarta Utara memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam di tanah Betawi.
Ada yang mengatakan bahwa Masjid Al Alam Marunda, dibangun hanya dalam tempo semalam yang dibangun oeh Walisongo dengan tempo semalam, saat menempuh perjalanan dari Banten ke Jawa. Karena itu, nama asli masjid ini Al Auliya, masjid yang dibangun para wali Allah.
Namun ada juga yang mengatakan bahwa pendiri Masjid Al Alam adalah Fatahilah dan pasukannya pada tahun 1527 M, setelah mengalahkan Portugis di Sunda Kelapa. Ada keyakinan di masyarakat Marunda, bahwa Fatahillah membangun Masjid Al-Alam Marunda hanya dalam sehari. Meski berbeda pendapat namun terdapat kesamaan bahwa masjid ini dibangun hanya dalam tempo semalam, meski pijakan alasan keduanya berbeda.
Melihat arsitektur Masjid Al Alam Marunda akan mengingatkan pada model Masjid Demak, namun berskala lebih mini ukurannya 10×10 meter. Atapnya yang berbentuk joglo ditopang oleh emapt pilar bulat seperti kaki bidak catur. Mihrab yang pas dengan ukuran badan menjorok ke dalam tembok, berada di sebelah kiri mimbar. Uniknya masjid ini berplafon setinggi dua meter dari lantai dalam. Kemudian, di bagian kiri Masjid, dulunya merupakan kolam yang digunakan untuk mencuci kaki sebelum masuk masjid.
Beberapa bagian Masjid Al Alam lainnya masih asli. Di antaranya adalah tembok di ruang utama masjid yang memiliki ketebalan sekitar 27 cm dan hiasan jendela yang terdapat di ruangan imam. Selain itu ada juga sebuah tongkat yang terukir melingkar seperti ular. Tongkat itu cukup istimewa dan hanya dikeluarkan setiap hari Jum’at saat khutbah berlangsung.
Begitu juga sumur tua yang usianya ratusan tahun tersebut berada di samping masjid sampai saat ini air masih tetap mengalir dan tidak pernah kering. Sumur tersebut berisi air yang memiliki tiga rasa sekaligus, yaitu asin, tawar, dan payau. Banyak pengunjung yang datang bermaksud untuk mencicipi langsung rasa air dari sumur tersebut. Tidak sedikit dari mereka yang membawa pulang air tersebut (dan percaya) untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Malah ada juga pengunjung yang mengaku enteng jodoh setelah meminum air dari sumur Masjid Al Alam.
Ada yang mengatakan bahwa Masjid Al Alam Marunda, dibangun hanya dalam tempo semalam yang dibangun oeh Walisongo dengan tempo semalam, saat menempuh perjalanan dari Banten ke Jawa. Karena itu, nama asli masjid ini Al Auliya, masjid yang dibangun para wali Allah.
Namun ada juga yang mengatakan bahwa pendiri Masjid Al Alam adalah Fatahilah dan pasukannya pada tahun 1527 M, setelah mengalahkan Portugis di Sunda Kelapa. Ada keyakinan di masyarakat Marunda, bahwa Fatahillah membangun Masjid Al-Alam Marunda hanya dalam sehari. Meski berbeda pendapat namun terdapat kesamaan bahwa masjid ini dibangun hanya dalam tempo semalam, meski pijakan alasan keduanya berbeda.
Melihat arsitektur Masjid Al Alam Marunda akan mengingatkan pada model Masjid Demak, namun berskala lebih mini ukurannya 10×10 meter. Atapnya yang berbentuk joglo ditopang oleh emapt pilar bulat seperti kaki bidak catur. Mihrab yang pas dengan ukuran badan menjorok ke dalam tembok, berada di sebelah kiri mimbar. Uniknya masjid ini berplafon setinggi dua meter dari lantai dalam. Kemudian, di bagian kiri Masjid, dulunya merupakan kolam yang digunakan untuk mencuci kaki sebelum masuk masjid.
Beberapa bagian Masjid Al Alam lainnya masih asli. Di antaranya adalah tembok di ruang utama masjid yang memiliki ketebalan sekitar 27 cm dan hiasan jendela yang terdapat di ruangan imam. Selain itu ada juga sebuah tongkat yang terukir melingkar seperti ular. Tongkat itu cukup istimewa dan hanya dikeluarkan setiap hari Jum’at saat khutbah berlangsung.
Begitu juga sumur tua yang usianya ratusan tahun tersebut berada di samping masjid sampai saat ini air masih tetap mengalir dan tidak pernah kering. Sumur tersebut berisi air yang memiliki tiga rasa sekaligus, yaitu asin, tawar, dan payau. Banyak pengunjung yang datang bermaksud untuk mencicipi langsung rasa air dari sumur tersebut. Tidak sedikit dari mereka yang membawa pulang air tersebut (dan percaya) untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Malah ada juga pengunjung yang mengaku enteng jodoh setelah meminum air dari sumur Masjid Al Alam.
Comments
Post a Comment