Pernah liburan dengan pemabuk laut, namun dia tidak mau mengakuinya? Saya yakin ada yang pernah mengalami hal tersebut. Hal seperti inilah yang pernah saya alami ketika liburan disebuah pulau. Dimana salah satu teman liburan tidak mau mengakui kelemahannya, yaitu anti gelombang laut (mabuk laut).
Saat itu perjalanan di mulai dari sebuah dermaga penyeberangan. Untuk menyeberang ke pulau yang akan dituju, kami harus menaiki sebuah transportasi air yang disebut “motor klotok” atau “motor air”. Perjalanan pun dimulai. Air laut yang semula tadinya kelihatan keruh berangsur-angsur menjadi jernih ketika motor klotok semakin menjauhi dermaga. Satu persatu pulau yang berada ditengah lautan mulai kelihatan dan bahkan ada beberapa pulau yang sempat disinggahi untuk menurunkan penumpang. Awal-awalnya sih perjalanan memang sangat menyerukan, hingga sampai lupa sudah berapa banyak jepretan kamera untuk mengambil kualitas gambar yang menarik. Setelah beberapa lama, ombak laut semakin terasa menghantam motor klotok kami. Akhirnya, dari beberapa teman liburan mulai kelihatan lemas, bibir pucat dan untuk berbicara saja sepertinya tidak mampu. Berbagai cara jitu untuk mengurangi rasa mabuk pun dikeluarkan. Mulai dari minta dipijitkan, mengoleskan minyak kayu putih dan mengsugestikan diri untuk tidur.
“Alhamdulillah, Akhinya sampai juga ke pulaunya”. Ucapan rasa syukur dari teman-teman.
Dan tiba-tiba saja, teman kami yang kelihatan sangat menikmati perjalanan dan selalu mendokumentasikan perjalanan langsung saja muntah. Belum saja naik ke dermaga sudah langsung memberi makan ikan di laut. Hehehe. Sebut saja nama inisialnya “Bujang”. Mohon maaf kalau ada namanya yang sama.
“ Eh, itu Bujang kenapa. Tolongin tuh”. Sahut seorang teman ketika melihat Bujang yang ketika itu sedang memberi makan ikan secara Cuma-cuma.
“Yah, si Bujang mabuk. Berarti dari tadi kau hanya berpura-pura semangat saja, padahal ternyata mabuk laut”. Timpal yang lain dengan maksud untuk menggurau.
“Aku tidak mabuk laut. Entah bagaimana tiba-tiba saja aku langsung terasa mabuk, dan itu pun setelah sampai dipulau. Lagian aku belum sarapan pagi ketika berangkat”. Bujang langsung memotong pembicaraan dan tidak mau dikatakan sebagai ‘mabuk laut’.
Oke lah, kali ini kami paham dengan kondisinya yang sekarang. Wajar saja jika dia mabuk, karena ketika berangkat tidak menyempatkan diri untuk sarapan. Belum lagi ombak dilaut tadi sempat meninggi.
Singkat cerita. Tidak hanya menikmati keindahan pulau, tetapi juga menikmati keindahan bawah lautnya. Kali ini kami melakukan snorkling dengan lokasi yang berada di ujung pulau. Untuk sampai ke lokasi dengan menaiki perahu yang dilengkapi mesin. Satu persatu kami turun setelah menggunakan perlengkapan snorkling. Ternyata, pemandangan bawah laut ini sungguh sangat mempesona dan menarik untuk diabadikan. Bermacam jenis ikan yang berenang indah dan cantiknya terumbu karang menjadikan panorama dibawah laut ini menjadi berkesan. Setelah puas berfoto, sebagian dari kami memutuskan untuk merapat ke perahu. Tiba-tiba saja, air yang tadinya kelihatan jernih berubah menjadi keruh.
“Lah, ini airnya kenapa jadi keruh. Pasti ada yang muntah lagi”. Tanya seorang teman yang sedang bergantung di pinggiran perahu dan mulai merasa jijik akibat dari muntahan yang bertebaran di air. Sontak saja, yang berada diatas perahu langsung merespon terhadap kejadin tersebut. dan lagi- lagi yang muntah adalah Bujang. Dengan muka yang tanpa berdosa, ia tampak tenang dan diam saja. Mungkin saja karena mabuk sehingga dia memasang wajah yang tidak berdosa dan hanya terdiam lemas.
“Betul, kan. Kalau Bujang memang mabuk laut. Payah”. Sahut yang lain.
Tanpa menunggu lama, Bujang pun langsung angkat bicara. Meskipun masih dalam keadaan yang lemas “Aku tidak mabuk laut, aku hanya salah makan. Aku tidak terbiasa sarapan mi sehingga mengakibatkan perut terasa kembung”.
“yah, masih tidak mau mengaku. Selalu saja ada alasan untuk menutupi kelemahan. Akui saja bujang, seperti teman-teman lain yang berani mengakui kelemahannya bahwa mabuk laut”. Timpal teman yang lain.
Singkat cerita. Berhubungan si Bujang dan teman yang lain sudah mabuk, akhirnya kami memutuskan untuk kembali kepenginapan. Terpaksa yang lagi seru-seruan snorkling dan berburu jepretan yang bagus harus mengikuti keputusan tersebut. tapi setidaknya, snorkling yang dilakukan tadi sudah memberikan kepuasan dan stok foto instagram pun sudah cukup untuk beberapa hari kedepan. Hehehe.
Dari pengalaman diatas, ada sisi positif yang bisa diambil bro. Walaupun si Bujang tidak mau mengakui kelemahannya, setidaknya dia sudah berani mengambil keputusan dan menyediakan waktu untuk ikut liburan bersama kami. Hal seperti inilah yang kami apresiasi dengan setinggi-tingginya.
Berdasarkan kejadian tersebut juga, saya memiliki beberapa tips untuk menghindari atau meminimalisir terjadinya mabuk di saat mengarungi lautan. Yaitu :
- Sempatkan diri untuk sarapan/makan terdahulu guna menghindari masuk angin. Tidak hanya menghindari hal tersebut, dengan makan juga bisa memberikan energi pada tubuh sehingga tubuh akan semangat untuk beraktivitas.
- Hindari makanan yang bisa membuat perut terasa kembung.
- Usahakan untuk meminum jamu penolak angin.
- Jangan selalu keseringan memain hp yang membuat posisi kepala anda menunduk. Nikmati saja perjalanan anda dengan menikmati pemandangan yang disuguhkan dalam perjalanann.
- Bawa obat-obatan yang menurut anda ampuh untuk mengobati ketika terjadinya gejala mabuk.
- Tidur didalam perjalanan. Hal seperti ini banyak dilakukan orang-orang ketika melakukan perjalanan jauh dan tau-taunya sudah sampai ditempat tujuan.
- Cari posisi duduk yang enak dan hindari bau yang menyengat.
- Sugestikan diri bahwa keadaan akan baik-baik saja
Comments
Post a Comment