Mempawah merupakan tempat tinggal kamek, tempat suke duke kamek dan tempat tembunik kamek ditanam (ini bahasa Melayu Mempawah. Jika mengerti syukur alhamdulillah). Mempawah merupakan salah satu daerah yang berada di Kalimantan Barat dan memiliki lokasi yang strategis. Kota mempawah yang memiliki julukan sebagai bumi Galaherang atau Kota Bestari memiliki ragam budaya yang menarik dan harus selalu dipertahankan. Jika ditanya tentang apa budaya Mempawah, pastinya sebagian besar masyarakat hanya menjawab Robo'-robo'. Padahal itu hanya salah satunya saja dan masih banyak lagi budaya-budaya Mempawah yang mungkin saja masih asing ditelinga kita atau bisa jadi tidak pernah didengar sebelumnya. Selain memiliki ragam budaya yang menarik, Mempawah juga memiliki aneka ragam kuliner yang nikmat dilidah dan pastinya aman bagi kesehatan.
Kali ini saya akan berbagi cerita tentang perjalanan bersama teman-teman ke kampung halaman kami, Kabupaten Mempawah yang tercinta. Karena status kami yang merupakan mahasiswa, telah membawa kami jauh dari kampung halaman dan pulangpun sangat jarang sekali. Tidak apa, yang terpenting sepulangnya setelah menjadi mahasiswa bisa memberikan kontribusi untuk membangun daerah. Aminkan ie, hehehe. Pulangnya kami kali ini, bukanlah pulang sembarang pulang. Tetapi ada niat untuk menghadiri acara Mempawah Syukuran atau lebih dikenal dengan sebutan acara Makan Tambol. Mungkin masih ada yang belum tau atau masih penasaran sebenarnya itu acara apa? Berikut saya akan jelaskan dan semoga saja bisa langsung di pahami. Dalam bahasa Melayu Mempawah (mungkin juga sama dengan bahasa Melayu yang lainnya), 'tambol' memiliki arti 'kue'. Tetapi ingat, kue yang dimaksud adalah kue tradisional, bukan kue snack yang banyak beredar di pasaran.
Sebelum bercerita tentang bagaimana serunya acara tersebut disana, saya ingin menceritakan terlebih dahulu bagaimana perjuangan kami untuk pergi kesana. Karena kami berada di Kota Pontianak dan acara tersebut dilaksanakan saat pagi, otomatis kami harus berangkat lebih awal agar bisa tiba dengan tepat waktu. Itulah tantangan pertama kami, harus bangun lebih awal dan mesti sudah siap sebelum sholat subuh. Setelah berusaha untuk bangun jam 04.00, ternyata air ledeng kami tiba-tiba saja tidak mengalir. Bisa bermasalah ini kalau sampai tidak mandi. Setelah berusaha mencari sumber air, akhirnya kami menemukan sumber air yang mengalir. Itu pun mengalirnya seperti air kencing (jangan dibayangkan).
"Osah mandi' jak la kamek. Sikat gigi jak" (jangan mandi lah saya, sikat gigi saja). Ucap saya kepada teman-teman.
Sebenarnya perkataan diatas tadi hanyalah sekedar gurauan saja kepada teman-teman karena melihat keadaan air. Aslinya saya tetap mandi. hehehe. Berkat keinginan yang kuat untuk mandi, akhirnya secentong demi secentong (segayung demi segayung) bisa dikumpulkan. Empat gayung pun sudah cukup digunakan untuk mandi. Kita semua mesti hemat air, karena masih banyak saudara kita diluar sana yang sangat membutuhkannya (Hehehe. Kalau bukan karena keadaan yang genting, empat gayung untuk mandi tentu tidak akan cukup).
Jadwal semula yang seharusnya berangkat sehabis sholat subuh, akhirnya menjadi molor. Kami pun mengencangkan gas motor dan melesat laju di jalan raya, menerobos dinginnya angin pagi, dan menahan sakitnya perut yang seperti ditusuk jarum (hahaha, lebay). Kami bersyukur, karena hari yang masih pagi dan merupakan hari libur membuat jalan raya terlihat lebih lengang. Jadi bisa lebih cepat untuk sampai ditujuan.
Akhirnya, kami tiba dilokasi sebelum acara dimulai. Dan yang tidak kalah penting, kami datang dengan keadaan sehat wal'afiat tanpa kurang satu apapun dan malahan bertambah (tambah senang). Dari arah jauh, terlihat masyarakat yang sudah antusias untuk menunggu acara dimulai. Sambil menunggu rombongan, saya dan yang lainnya segera menggunakan tanjak yang telah dibawa sebelumnya. Seperti halnya pria Jawa yang menggunakan blankon dikepalanya, maka kami sebagai putra Melayu juga menggunakan tanjak sebagai identitas budaya kami.
Persatuan Orang Melayu (POM) |
Setelah rombongan tiba, kami pun berjalan masuk menuju tempat acara. Diatas pentas, pembawa acara dengan lantang mengucapkan 'Selamat datang kepada Persatuan Orang Melayu Kalimantan Barat'. Sambutan hangat tersebut membuat kami bangga bisa bergabung dalam memeriahkan acara syukuran ini.
Sambil menunggu kedatangan Bupati Mempawah, kami di manjakan dengan dendang lagu melayu yang membuat pendengar akan terkesima. Belum lagi melirik sana melirik sini, ternyate banyak anak dare gak yang datang (banyak gadis yang datang). Pokoknya, baik tua ataupun muda, pria atau wanita semua pada datang berkumpul untuk merayakan agenda tahunan ini.
Hal yang harus di ketahui, acara Makan Tambol atau Mempawah Syukuran ini diselenggarakan oleh komunitas Satu Periok dan sudah merupakan yang keempat kalinya. Selain itu, acara ini juga sekaligus memeriahkan HUT yang ke tiga atas perubahan nama Kabupaten Pontianak menjadi Kabupaten Mempawah. Didalam hati saya yang paling dalam dan tidak terukur berkata 'ini komunitas yang mantap bisa mengadakan acara dengan mengedepankan kearifan lokal. Tapi kenapa nama komunitasnya Satu Priok?'
Karena penasaran, saya pun bertanya dengan teman yang berada di samping. "Mar (namanya Muammar), ngape komunitas ini dinamekan Satu Periok?". Inti percakapan tersebut menanyakan kenapa komunitas ini dinamakan Satu Periok.
"karne satu periok tu satu tempat. artinye serase lah". Spontan dia langsung menjawab. Kurang lebih makna jawabannya begini 'karena satu periok (periuk) itu satu tempat, artinya memiliki satu rasa'.
Setelah dipikirkan, betul juga apa yang disampaikan teman saya. Karena tidak ingin menduga-duga lagi saya memutuskan untuk diam. Karena yang lebih mengetahui secara betul terhadap komunitas tersebut adalah pendiri dan anggotanya. Mungkin lain waktu bisa bertanya.
Kata Sambutan Bupati Mempawah |
Pembukaan acara Makan Tambol atau Mempawah Syukuran yang ke-4 dibuka langsung oleh Bupati Mempawah. Dalam penyampaian tersebut, Bupati Mempawah sangat mengapresiasi atas terselenggaranya kegiatan Makan Tambol dan mengajak masyarakat untuk membangun, menjaga dan memelihara Kabupaten Mempawah. Disisi lain, Bupati Mempawah juga menyampaikan asal mula nama Mempawah yang berasal dari buah mempelam paoh (sejenis mangga).
Kata Sambutan Ketua Komunitas Satu Periok |
Dalam penyampaian kata sambutan ketua komunitas Satu Periok bahwa kegiatan makan tambol ini adalah bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Dengan kegiatan ini pula diharapkan mampu meningkatkan ekonomi untuk pedagang kue di Mempawah. Tidak tanggung-tanggung, dari pihak panitia menyediakan sebanyak 5.000 kue yang akan dimakan bersama-sama.
Puncak Acara Makan Tambol |
Setelah pembacaan do'a, satu persatu ceper (penampan) yang berisi kue keluar dari balik pentas dan diletakkan dihadapan kami. Oi sungguh sangat senangnya saya, ketika melihat didalam penampan terletak dengan mempesona kue yang sudah jarang ditemukan. Kue ini mengingatkan saya pada masa-masa SD. Dimana saat itu, kue ini selalu dijajakkan teman sekelas saya. Harga yang saat itu hanya 100 rupiah sudah bisa membuat perut terasa kenyang hingga siang. Kue ini terbuat dari parutan ubi yang berisikan pisang serta berbalut parutan kelapa yang terasa gurih. Inilah dia kue Kacemate (kacamata). Tetapi saya bingung, kenapa kue tersebut dinamakan kacamata. Padahal dari bentuknya tidak ada sedikitpun kemiripan. Misteri penamaan kue ini sampai sekarang belum saya ketahui dan sebelumnya pernah saya tanyakan kepada emak namun tidak ada jawaban berarti. Hanya jawaban 'makan jak' (makan saja). Terimakasih kepada panitia kegiatan ini yang telah berhasil membawa ke masa lalu.
Tidak hanya kue kacemate, kue tradisional yang lainnya pun juga banyak dijumpai. Seperti trisalak, nagesari, dokko'-dokko', dodol dan lain-lainnya. Tapi ade yang kurang, ade satu tambol yang tak ade di ceper kamek (ada satu kue yang tidak ada di penampan saya). Yaitu kue putu mayang yang menjadi lirik lagu Mak Usu ciptaan Bapak Edy Mawardi asal Mempawah. Kalau ade kue itu, amboi sedapnye.
Doorprize yang ditemukan |
Disaat sedapnye menikmati tambol, budak kecik (anak kecil) yang duduk dikumpulan kami mendapatkan doorprize uang tunai didalam bungkusan kue. Karena masih terbawa suasana nostalgia kue kacemate, saya hampir lupa bahwa pihak sponsor menyediakan doorprize yang disembunyikan di balik kue. Saya pun mengambil satu kue yang berbungkuskan kertas. Alangkah terkejutnya saya, ketika membuka bungkusan tersebut ternyata isinya adalah.....nasi kuning. Belum sempat menyuap nasi kuning, saya dibuat terkejut lagi dengan kekuatan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Sebuah kertas yang bertuliskan 'Anda Beruntung' terselip dibelakang lauk nasi kuning. Seketika nafsu makan saya sedikit berkurang. Saya pun memberikan nasi kuning itu ke teman saya dan tidak lupa mengambil kuponnya terlebih dahulu (Takutnya kuponnya sekalian dimakan sama dia. hehehe.)
Para Penemu doorprize pun dipersilakan untuk maju semua. Dengan senang hati saya maju kedepan hingga lupa dengan nostalgia masa SD, hingga lupa perut yang lapar setelah perjalanan jauh dan juga lupa minta di fotokan ketika maju didepan. Saya pun menghayal mendapatkan doorprize tiket liburan ke Singapur (menghayal itu gratis), atau tiket ke lombok, atau mungkin bisa langsung wisuda tanpa menyelesaikan skripsi (menghayal yang kebablasan). Akhirnya ibu Bupati pun datang beserta pihak sponsor sambil menyalami kami dan menyodorkan sebuah amplop. Meskipun feeling saya mengatakan bahwa dalam amplop tersebut berisi uang tunai, namun saya masih berharap isinya berupa lembaran tiket liburan. Saya pun memutuskan untuk membukanya bersama teman-teman. Dan Alhamdulillah isinya adalah tiket, tiket pulang ke Pontianak lagi (isi sebenarnya adalah uang tunai). Lumayan untuk isi bensin dan mampir ngopi di perjalanan pulang.
Foto bersama Bupati Mempawah |
Sebelum kami pulang, kami juga menyempatkan berfoto kepada bupati dan mengucapkan terimakasih kepada panitia kegiatan Makan Tambol yang telah sukses menyelenggarakan acara ini. Bagi saya acara ini memiliki nilai jual yang tinggi dalam menarik pengunjung untuk datang ke Mempawah. Selain mampu memperkenalkan dan mempertahan keberadaan kue tradisional Mempawah, acara ini juga menjadi ajang dalam mempererat tali silaturrahmi. Semoga komunitas Satu Periok bisa konsisten untuk selalu mengagendakan kegiatan ini setiap tahunnya.
Comments
Post a Comment